Menjadi Crew ArtJog

11:20:00 AM

Its about last year when I was be Artjog crew. Kisah yang sudah lama tentunya, memang saya tidak sempat membuka laptop dan duduk santai menulisnya sampai hari ini. 

Merupakan kesempatan yang luar biasa dapat bergabung dan bermanfaat untuk gelaran seni rupa Asia Tenggara bahkan Internasional seperti ArtJog. Banyak sekali hal-hal yang terjadi serta dinamikanya. Saya tidak akan mampu bertahan di Yogyakarta selama kurang lebih dua bulan tanpa bantuan teman-teman saya, baik dari kawan artjog atau pun kawan-kawan lama saya. 

salah satu spot saya tidur kala malam hari, 
di sekitaran merch 

Bagi saya menjadi crew ArtJog adalah momentum yang terjadi yaa begitu saja, karena sebenarnya saya berada di divisi yang memang tidak membuka rekrutmen terbuka. Jadi, awalnya saya mendaftarkan diri untuk crew merchandise, dalam pemahaman saya yang berkiprah dalam skena skena merch merupakan bahan bakar bergeraknya komunitas. Saya sendiri memang concern di bidang merch, namun pengalaman yang saya miliki sepertinya belum dinilai memadai oleh supervisor merch. Setelah proses wawancara selesai saya dipanggil oleh seseorang yang berada di sekitaran interviewer tadi. Ia memanggil nama saya lalu memberi tawaran pekerjaan, katanya pekerjaan apa saja, lalu saya jawab saja bahwa siap bekerja apa saja apalagi di dunia seni.  Seminggu menjelang ArtJog dibuka, saya diminta untuk hadir di Jogja National Museum untuk foto keperluan id card. Lalu, hari demi hari saya jalani dengan senang hati menjadi bagian dan dukungan kecil untuk ArtJog, ya kira-kira seperti spongebob berteriak "aku siap aku siap" saat dia berangkat bekerja.   

 Tidak ada cerita seperti jurnal harian yang bisa saya ceritakan disini, mungkin kalau ada waktu dan kita duduk bersama akan saya ceritakan bagian-bagian yang menarik. Seperti ketika saya bertemu seniman-seniman, yang saya memang tidak tau menahu sebelumnya, menemani selebriti berkeliling galeri, mengawal jalan ibu Sri Mulyani, dan lain sebagainya. 

Foto bersama salah satu keluarga pengunjung yang saya kawal dari awal masuk sampai keluar galeri. eh keluarga saya sendiri ding!huehehehe. 

Melihat pameran seni rupa dari dekat seperti ini membuat saya berpikir bahwa ArtJog berhasil memberikan ruang rekreasi bagi para pengunjungnya yang tidak hanya dari kalangan kolektor saja. Mereka yang terkesan awam mengenai seni rupa setidak dapat mengetahui atau pun berinteraksi dengan wujud karya seni rupa. Meskipun ada saja mereka-mereka yang hanya sibuk foto-foto atau bahkan dengan tanpa rasa bersalah menyentuh karya lalu pergi. 

Saya bertemu dengan berbagai macam orang yang punya latar belakang berbeda, saya banyak melihat dan belajar dari mereka. Tanpa Artjog 2019, tidak ada saya yang seperti hari ini.

di akhir pekan pengunjung dapat mencapai 7000 orang, itu hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan.

Round and Round We Go, karya Cianti Astria Johansjah & Sammaria Sari. Di dalam ruangan ini pengunjung disarankan untuk berinteraksi dan duduk bersama dalam meja bundar untuk membuat lampu dalam ruangan menyala dan dapat melihat lukisan yang ada dinding.  


Selfie dulu lah~ bersama Mas Heri Pemad, Founder ArtJog ( yang belakang ya, bukan yang lihat kamera huehehe)

Hari ini meskipun dunia sedang dilanda wabah corona covid-19 ArtJog tetap berusaha hadir dalam menggelar hari raya seni rupa Jogjakarta, gelarannya diawali dengan opening terbatas dan bagi umum bisa mengunjunginya melalui pameran daring lewat websitenya https://resilience.artjog.co.id. Melalui instagramnya @artjog.id saya pantau bahwa mereka telah membukanya untuk umum terbagi menjadi tiga sesi dengan harga tiket masuk seratus ribu rupiah dan tentu tetap mengikuti protokol kesehatan.

Sayangnya, meskipun telah dihubungi kawan-kawan untuk bergabung lagi saya tidak dapat meng-iya-kan tawaran tersebut atau bahkan mengunjungi pamerannya. Hidup sedang membawa saya mengunjungi tempat lain dan orang-orang lain. 

ini penampakan versi kemerdekaan dari depan, menuju pintu masuk

adik-adik imut (seperti di The Return of Superman) yang riskan menyentuh karya,
di depan karya Made Djirna 

jika suatu hari saya mempunyai public space sendiri, saya akan menjadikan karya ini bagiannya. Saya lupa karya siapa ini. Refleksi manusia yang selalu haus akan mencari tahu dan ilmu pengetahuan dan akhirnya terkena dampak yang disebabkan kegiatan explore-nya sendiri. 

karya dari Teguh Ostenrik ini diletakkan di laut setelah ArtJog selesai unuk keperluan pelestarian terumbu karang 




ini dibuat dari sisa sisa kain atau perca, karya Robert & Olga

You Might Also Like

0 komentar

Pembaca yang baik pasti meninggalkan komentar yang baik dan membangun. Tinggalkan komentar, ya! :)