"gambar ini diambil diam-diam oleh seseorang yang tidak kita kenal. kita harus berterimakasih kepadanya. Sebelum pergi, ada satu gambar yang membiarkan kita tetap bersama."
(foto diambil oleh @fahmi_lazuardi, di Pantai Balekambang, Malang, Jawa Timur, Indonesia)
(foto diambil oleh @fahmi_lazuardi, di Pantai Balekambang, Malang, Jawa Timur, Indonesia)
13 April 2014
Hello weekenders, kalian pasti nggak akan membiarkan hari
minggu lewat begitu saja, bukan?! Buat kalian yang sedang berada di sekitar
Malang, nggak akan pernah bingung tujuan jalan-jalan karena memang kota ini
wisata banget. Dari themepark, kuliner, pantai sampai gunung...Malang punya. Pantai pun nggak kurang-kurang jumlahnya. Inginnya sih berbagi daftar
pantainya disini tapi nggak bakal muat, mending kalian browsing sendiri aja yaa,hehe.
Hari minggu kemarin saya pergi ke Balekambang, salah satu
pantai yang dimiliki Malang. Letaknya nggak jauh-jauh amat dari kota Malang,
mungkin sekitar 65 kilometer. Awalnya saya buta arah, tidak tahu harus dimulai
darimana. Bermodalkan browsing dan ditemani rombongan (Fahmi, Rio, Puguh) yang salah
satunya sudah pernah kesana, saya berangkat.
salah satu potret jalan menuju Pantai Balekambang (diambil oleh: @just_rioo) |
Di mulai dari Malang menuju arah Kepanjen, selebihnya ikuti
petunjuk jalan yang ada karena memang sudah tersedia papan petunjuk yang layak,
eits tapi petunjuk jalannya mengarah pada Pantai Ngliyep. Dont worry about it, ikuti
saja arah papan petunjuk jalannya karena Pantai Ngliyep searah dengan jalan
menuju Pantai Balekambang. Jikalau tersesat, tinggal tanya-tanya penduduk
sekitar, bukankah serunya perjalanan ada disitu, hehe.
Kondisi jalan menuju pantai Balekambang tidak aspal mulus
melulu, terkadang ada bebatuan dan juga aspal yang berlobang, bisa
direfleksikan seperti hidup ini yang tidak selamanya berjalan mulus
*berfilosofi*. Jika sudah tau kondisi jalan menuju pantai Balekambang, tidak
perlu kecewa atau membatalkan rencana kesana, karena kiri-kanan jalan
menghadirkan pemandangan hutan dan memberi udara segar, sedikit impaslah. Setelah
dua jam, bokong mendapat terapi dari jalanan yang tidak selamanya mulus tadi, akhirnya
saya dan rombongan sampai juga di gerbang pintu masuk. Setiap pengunjung diwajibkan
membayar.......aduh lupa deh! saya benar-benar lupa kemarin membayar berapa
rupiah. Duh! keindahan pantainya membuat saya sedikit lupa ingatan.
(diambil oleh: @fahmi_lazuardi) |
Angin berhembus sepoi-sepoi daun kelapa nyiur melambai..Ah, begini rasanya jadi anak pantai, santai. Suasana yang tidak begitu ramai didampingi suara ombak mampu menghadirkan ketenangan . Tempat yang pas untuk meluangkan hari minggu bersama keluarga, kawan, atau pasangan.
keluarga (diambil oleh: @just_rioo/@fahmi_lazuardi) |
Selain pasir putih dan ombaknya tinggi, yang menjadi daya
tarik ialah Pura yang berada di bibir pantai. saat melihatnya seperti dibawa ke
suasana Tanah Lot.
Pantai Balekambang |
Selamat melanjutkan rutinitas, kawan.
12 April 2014
Apa yang nggak ada di Indonesia? Maksudnya dalam hal
pembajakan. Bentuk lebih sopannya ‘apa yang nggak di bajak disini?’.
Sabtu lalu ketika saya jalan-jalan di Malang menyempatkan
mampir ke kios-kios buku bekas di Malang. Tempat ini sering disebut, Wilis.
saya tidak begitu kaget ketika menemukan banyak buku-buku bajakan beredar
disana. Karena sebelumnya saya sudah pernah mengunjungi tempat yang se-genre, jalan Semarang-nya Surabaya.
Gilaa men, banyak banget buku-buku bajakan dari novel sampai
textbook kuliah. Apa semua yang dijual bajakan?! Entahlah. Here we go!
buku berkertas buram atau bajakan |
Saya tidak munafik, saya pengguna buku bajakan tapi karena
saya punya alasan. Buku yang saya beli ialah buku kuliah yang harganya
mahal-mahal karena buku terjemahan ‘orang luar’. Tidak habis pikir jika
buku-buku karya anak bangsa di bajak, seperti yang saya temukan di Wilis.
Banyak
buku yang saya lihat versi bajakan disana, antara lain supernova-nya dee, karya-karya
raditya dika, novel karangan tere liye, dan masih banyak lagi. Seperti halnya
saya memiliki alasan menggunakan buku bajakan, mungkin pembajak punya alasan
melakukan hal itu. Terbersit satu pertanyaan, Apakah ada alasan untuk membunuh
bangsa sendiri. Alasannya, uang.
6 April 2014
Belajar memang menyenangkan ketika subjek apa yang kita
pelajari atas kehendak kita, tapi ketika keadaan memaksa kita untuk belajar
sesuatu yang bukan kehendak kita, disitulah kita benar-benar belajar.
Ini pengalaman pertama saya merasakan dimsum, Saya akui,
saya dangkal di bidang kuliner oriental apalagi cara makannya. Pernah sesekali
ketika saya makan di suatu resto yang menyajikan menunya dengan sumpit, saya
memilih untuk tidak menggunakannya, saya malah minta sendok/garpu ke mbak-mas
pramusajinya.
Dimsum mbledos tampak depan |
Ini dia yang namanya, DIMSUM! |
Kaget yang saya rasakan ketika perlatan makan beserta dimsum
diantar ke meja kami. ‘Duh, mati deh ini nggak ada sendok’ saya berbicara dalam
hati. Ada niatan untuk meminta sendok/garpu ke pramusaji tapi kedua teman saya
malah sudah asik bermesraan dengan sumpitnya masing-masing, mengambil dimsum
yang berada di wadah bambu. Berasa ada yang meneriaki ‘Ganbatte’ saya berusaha
keras untuk belajar menggunakan sumpit. Alhasil teman saya agak heran melihat
tangan saya yang amat kaku dengan sumpit. Lalu, saya diberi arahan bagaimana
cara menggunakan sumpit, eh masih saja saya tidak bisa. Kala itu saya sempat
ingin meminta sendok saja (baca: menyerah terhadap keadaan), ingin sekali
meminta sendok tapi rasanya seperti menanyakan sendok di McD*nald, masak iya
sih saya harus terus menghindar. Saya berkata ‘tidak’ ketika teman saya ingin
memintakan sendok/garpu ke pramusaji, saya ingin belajar. Teman saya
melanjutkan menikmati dimsumnya, saya melanjutkan proses belajar.
Akhirnya dengan beberapa kali kegagalan, dimsum itu tidak
loncat-loncat lagi ketika saya menyumpitnya. saya bisa menggunakan sumpit!
Tepuk tangan dari semua pengunjung dimsum mbeldos *hiperbola*
*nyum*nyum* ahh saya akhirnya makan juga, ada perasaan lega,
ada perasaan bangga. Ternyata asik juga
menggunakan sumpit. Alat makan satu ini mengajarkan saya ‘jangan mudah
menyerah’.
Saya benar-benar awam tentang chinese-food, tidak pernah
tahu-menahu bagaimana cara makan dimsum sebelumnya. Jikalau saya tahu, mungkin
saya akan belajar terlebih dahulu di rumah. Tapi saya belajar tentang bagaimana
menjadi orang yang apa adanya. Berawal dari ajakan teman saya untuk merasakan
Dim-Sum saat ini saya bisa menggunakan sumpit meskipun masih berada pada level
Rookie atau amatiran. Saya akan selalu ingat teman-teman menjadi
tutor malam itu, hehe.
6 April 2014
Mungkin dari kalian sudah ada yang pernah nyoba makan di tempat ini atau sekadar baca artikelnya. Bakmi Jogja Trunojoyo, tempat makan yang mengangkat tema adat jawa.
Mungkin dari kalian sudah ada yang pernah nyoba makan di tempat ini atau sekadar baca artikelnya. Bakmi Jogja Trunojoyo, tempat makan yang mengangkat tema adat jawa.
Hal yang pertama kali tampak jawa-nya ialah namanya‘Bakmi
Jogja Trunojoyo’ dan ketika masuk sudah terdengar lagu-lagu khas jawa, seperti
bunyi-bunyian gamelan. Dari namanya aja sudah Jogja, sebuah kepastian kalian bakal mendapat sepotong suasana kota tersebut, meskipun sedang berada di Surabaya.
Ornamen-ornamen yang mendukung tema yang diangkat oleh pihak
restoran antara lain radio jadul, meja makan beserta kursi yang pure terbuat
dari kayu jati, lampu bohlam yang redup, pramusaji yang menggunakan bahasa jawa,
dan juga hiasan-hiasan dindingnya.
Ketika membahas kuliner pasti muncul pertanyaan tentang
harga, bukan?! Harga makanan dan minuman yang ditawarkan disini bagi saya itu
murah, eits! tentu saja memandangnya bukan dari dompet mahasiswa. Harga-harga
yanng ditawarkan terhitung murah untuk sajian konsep yang sedemikian rupa.
‘semakin suatu tempat itu berkonsep semakin mahal pula harga
makanannya’ kata salah satu teman saya. Dipikir-pikir, saya setuju dengan apa
yang di ucapkannya. Harga yang dibayar oleh konsumen sebanding apa yang
didapatkannya. Bukan dari rasa makanannya saja harga itu bisa menjadi tinggi
tapi segala elemen pendukungnya juga berpengaruh.
Selamat makan! *nyum*nyum*
(ps: source picture from timetodrool.blogspot.com & my friend)