SDTG club
7:32:00 PM
Minggu lalu, saya memutuskan meninggalkan rutinitas urban. Berawal
dari ajakan Gadis (kawan yang mentraktir transpotasi perjalanan Arjuno 2 tahunsilam) untuk merayakan ulang tahunnya, perjalanan kali ini menuju sebuah bukit
yang tidak tinggi-tinggi amat. Bukit Anjasmoro, dalam skala mdpl sekitaran dua
ribu. Bukit ini masuk wilayah administrasi Mojokerto.
Rencana awal perjalanan ini adalah mengumpulkan tim
pendakian Gunung Arjuna dua tahun silam. apa daya hanya Vivi yang tidak
berhalangan untuk ikut, ditambah satu personil lagi yang belum saya kenal
sebelumnya.
Kami berangkat sekitar pukul sepuluh dari Surabaya,
bedasarkan estimasi GPS kami sudah sampai di desa terakhir dalam waktu dua jam.
Ternyata GPS tidak bisa diandalkan, karena memang perjalanan ke arah Mojokerto
ada beberapa nama desa yang namanya mirip seperti desa di bawah bukit Anjasmoro. Dengan keyword Jatirejo kami resmi kesasar.
Kantuk mulai menyerang, saya pun mengusulkan untuk buka tenda
saja di sebelah jalan tol dan mengurungkan kegiatan di Bukit Anjasmoro, hahaha.
Entahlah kami berputar-putar pada saat itu. Pukul dua dini hari baru sampai di
desa Lebak Jabung (bisa di bilang desa kedua terakhir sebelum bukit anjosmoro). Sepeda motor
sudah digelindingkan untuk mengikuti arahan gps lanjutan menuju Bukit
Anjosmoro. Namun saya berpikir ulang, dan melemparkan arahan untuk,
menmanfaatkan GPS alternatif (Re: Gunakan Penduduk Sekitar).
Kami pun bertanya pada beberapa orang yang sedang mengobrol
di sebuah pesarehan (semacam makam). Salah satunya bernama Pak Jalal, ia pun yang menyarankan
untuk bermalam di pesarehan saja dan tidak berangkat sekarang karena tidak
memungkinkan. Keputusan telah bulat, kami mengambil tawaran bermalam di
pesarehan. Rencana camping pun bisa
dibilang gagal.
pemandangan di depan pesarehan |
Di gubuk yang menjadi peristirahatan
pertama (bila akhir pekan dimanfaatkan sebagai warung oleh pemiliknya) lontaran
“SDTG” muncul. SDTG merupakan akronim “SIDO TA GA?” yang artinya dalam bahasa
Indonesia “Jadi apa tidak?”. Biasanya SDTG dilontarkan apabila istirahat
terlalu lama, dan setiap istirahat memang kami berempat memakan waktu kurang
lebih setengah jam. Setiap “SDTG” dilontarkan pun jawaban saya selalu “G”, haha
dasar saya memang pemalas. Idealnya durasi hiking
bukit Anjasmoro sekitar dua jam, dan kami sampai memakan waktu 4 jam, HAHA.
Kebangetan, saya pun tidak menyalahkan siapa-siapa. Fisik saya pun bisa
dibilang payah.
nah ini pemandangan setelah 4 jam jalan kaki |
0 komentar
Pembaca yang baik pasti meninggalkan komentar yang baik dan membangun. Tinggalkan komentar, ya! :)