Tiket Murah Untuk Jazz Gunung 2015
6:56:00 PM
Siapa sih yang tidak tahu perhelatan musik jazz yang
diadakan di gunung itu? Apalagi di era sosmed sedang menjadi kebutuhan primer,
semua orang pasti tahu tentang event itu..entah
dari explore instagram atau
tanda-pagar yang bertebaran.
Jazz gunung tahun ini diadakan hari Jumat-Sabtu pada minggu
kedua bulan Juni. Dengan venue yang
tetap dengan sebelumnya, yang membuat event
ini terkesan begitu-begitu saja. Dekorasi panggung dan pemain musik yang
berubah setiap tahunnya tidak sepenuhnya menghilangkan rasa bosan pada benak
saya pribadi. Kehadiran duo pembawa acara yang bahan bercandaannya sedikit di
luar batas akal sehat itu menjadi obat dari rasa bosan.
mc kondang |
Kali pertama saya hadir di jazz gunung pada dua tahun silam,
saat Sierra menjadi salah satu bintang tamunya.. Kala itu saya menjadi salah satu bagian relawan untuk membantu pihak panitia penyelenggara. Bermodalkan tanda pengenal organizer saya bebas
keluar masuk venue, jika tidak seperti itu saya tidak akan pernah datang
perhelatan musik jazz di gunung itu, memang karena saya tidak begitu tahu
menahu alunan jazz. Oops! Setidaknya saya berusaha jujur saja pada diri saya
sendiri, mungkin kehadiran saya disitu hanyalah pencari suasana dinginnya
gunung serta iringan musik live bukan
seorang pemenuh kebutuhan aktualisasi pengetahuan musik jazz *ribet amat ya*.
Saya tidak begitu tahu-menahu tentang aliran musik yang notabene musik golongan
borjuis serta berintelektual itu. Namanya juga musik golongan borjuis, bukan
hal yang istimewa apabila tiket masuknya begitu mahal (bagi saya, hehe). Bukan
soal gunungnya kali ya tiketnya mahal, menurut saya memang acaranya sebanding
dengan harganya...ono rego ono rupo1
lah kata orang Jawa.
karya seni yang menghiasi belakang panggung |
FYI, di tahun 2015 ini ada saja yang membuat saya hadir di
jazz gunung. Bukan lagi menjadi relawan panitia namun kali ini saya sepenuhnya
menjadi penonton yang ‘beli tiket’. Saat itu posisi saya sedang menikmati
suasana Probolinggo alias lagi gabut2 (re: nothing to do) di rumah, saya sedang mengobrol (tentunya dengan
media aplikasi chatting online)
dengan salah satu teman saya, ia bertanya kapan saya hengkang dari Probolinggo,
dan dari obrolan itu saya mendapat rejeki nomplok. Ia menawari saya sebuah
tiket eeh...dua tiket Jazz gunung dengan harga fantastis murahnya. Ceritanya
teman saya yang menjual tiketnya dengan harga fantastis murah itu bukan seorang
calo tapi tiketnya pada hari kedua batal untuk difungsikan, jadi ia berpikir
daripada terbuang percuma maka dijual tiket itu dengan harga murah. Alhasil
saya langsung menghubungi rekan-rekan lain yang tertarik untuk mengambil
kesempatan emas ini. Dapatlah saya seorang kawan, namanya Yus. Ia senang
kegirangan saat mengetahui kabar ini. Kebetulan juga Yus pernah hadir bersama
saya saat perhelatan jazz gunung dua tahun silam, ia juga termasuk segolongan
dengan saya yang memanfaatkan tanda pengenal panitia untuk keluar masuk venue. Seperti inilah cerita bagaimana
saya melihat-menonton-merasakan jazz gunung 2015.
trio penikmat tiket murah |
Saya bukanlah golongan borjuis apalagi kaum intelektual,
namun bukan sebuah halangan untuk tetap eksis diantara golongan-golongan itu. Saya
termasuk golongan orang-orang beruntung untuk menikmati suasana gunung serta
persembahan musik.
Sampai ketemu lagi di Jazz Gunung 2016 (tentunya kalau saya
dapat tiket murah lagi atau mungkin mendapat undangan khusus, hehe)
Catatan kaki :
1 ono
rego ono rupo : peribahasa jawa yang jika dialih-bahasakan menjadi bahasa
Indonesia adalah ‘ada harga ada wujud’, memiliki arti bahwa harga seuatu
menunjukkan kualitasnya
2 gabut
: merupaka akronim dari ‘gaji buta’ yang memiliki arti tidak sedang melakukan
aktivitas apapun, istilah ini sering digunakan dalam percakapan-percakapan
ringan atau bisa disebut bahasa slang.
0 komentar
Pembaca yang baik pasti meninggalkan komentar yang baik dan membangun. Tinggalkan komentar, ya! :)