Seminggu yang lalu (16 April
2017), saya mengikuti sebuah kompetisi fotografi yang diselenggarakan PERBANAS
Surabaya. Kompetisi fotografinya berbeda dengan kompetisi yang pernah saya
ikuti sebelumnya, di kompetisi kali ini saya diharuskan untuk hunting foto secara real time. Lokasinya dan durasinya pun telah ditentukan oleh
penyelenggara.
Nama kompetisinya sih “Rally
Photo”, sehari sebelum kompetisi saya sempat mencari informasi lewat internet
apa itu Rally Photo. Dan menurut
berbagai sumber yang saya baca kompetisi Rally
Photo itu peserta diberi semacam petunjuk untuk memotret apa. Dan ternyata
sampai kompetisi berakhir rally photo jauh
dari bacaan yang saya baca H-1 itu, haha. Tidak ada keharusan memotret
bedasarkan clue, peserta bebas
memotret apa saja asalkan sesuai tema “Human
Interest and Society”.
Wisata religi Sunan Ampel dan
Jembatan Merah Plaza, menjadi dua titik lokasi pilihan penyelenggara. Meeting Point peserta ada di kampus
penyelanggara. Pemberangkatan dibagi menjadi 2 regu besar yang terdiri dari 4
mobil elf. Regu A lokasi pertama JMP, Regu B lokasi pertama di Sunan Ampel.
Saya termasuk di Regu B.
Sebelum berangkat, saya dan 60
peserta lainnya mendapat wejangan singkat fotografi oleh Arbain Rambey
(Fotografer Jurnalis Senior Kompas) dan sedikit tambahan oleh Yuyung Abdi
(Fotografer Jurnalis Senior Jawa Pos). Dua orang kaliber di dunia fotografi itu
pun menjadi juri kompetisi.
Dengan dimodali waktu sekitaran
45 menit, peserta menyebar. Saya agak kaku saat memotret di Sunan Ampel,
kekurangan referensi angle sepertinya.
Di lokasi kedua, sebelumnya saya sudah punya kerangka imajinasi momen yang saya
akan potret. Namun sayangnya sampai durasi menipis momen yang ada dalam benak
saya tidak terjadi.
Sekembalinya ke meeting point (kampus Perbanas) peserta
diharuskan untuk mengumpulkan dua foto dari dua lokasi. Saya pun sempat meminta
pendapat dari beberapa teman foto mana yang mereka suka. Dan saya mengumpulkan
foto yang saya suka, hehe.
Sebelum berangkat kompetisi saya
juga sempat membaca secara acak di internet
“how to win photography competition”, dari judulnya saja seperti bacaan desperate, haha. Memang, kok. Isinya
juga receh, saran penulis terakhir bahwa peserta kompetisi fotogarfi itu
baiknya nothing to loose setelah
mengumpulkan karya jangan berharap untuk menang. Baiklah saya ikuti saja saran
artikel random itu. Saya rela saja
untuk kalah.
Sembari menunggu hasil penjurian
kami disuguhkan dua pembawa acara yang sama sekali tidak jelas, “setidaknya
mereka berusaha” kata peserta yang duduk di sebelah saya.
Menurut saya, teknis acara
sedikit kurang rapi. Saya rasa penyelanggara tidak melakukan koordinasi
internal. Tampak dari penurunan peserta saat tiba di lokasi pemotretan, waktu
yang telah ditentukan juga tidak dijaga dengan ketat, dan saat waktu telah
habis pun rasanya panitia tidak bingung untuk mencari atau setidaknya menelpon
peserta untuk segera kembali. Tapi untungnya semua lancar dan tidak ada yang
tersesat atau diculik, hehe. Di sisi lain saya kagum dengan mereka, telah
berhasil mendatangkan dua orang kaliber di dunia fotografi sebagai pembicara
sekaligus juri di kompetisi mereka. Hal hebat, karena memang saya belum pernah
melakukannya. (kok jadi evaluasi panitia gini, hehe)
Arbain Rambey (kiri); Yuyung Abdi (kanan)
