Kelahiran Prematur Museum Surabaya

9:00:00 PM

Saat berada di Surabaya, saya menyempatkan diri mengunjungi museum Surabaya, museum yang baru diresmikan pada hari minggu yang lalu (3/05) oleh walikota Surabaya.

Gedung yang digunakan museum Surabaya adalah sebuah gedung lama yang berada pada jalan tunjungan.  Gedung Siola, namanya. Bagi yang mengikuti berita pada media lokal beberapa pekan lalu, pasti mengetahui tentang perdebatan memfungsikan gedung ini. Awalnya ada wacana bahwa gedung tua ini direncanakan untuk kantor pemerintah pelayanan publik. Setelah dirapatkan oleh dewan hasil yang didapat adalah difungsikannya gedung tersebut menjadi museum yang akan menjadi ikon Surabaya. Dijadikannya museum karena sejauh ini kota Surabaya belum memiliki citra atau brand yang cukup kuat dalam dunia wisata.  Akan dibentuklah citra ‘historical city tour’.

Saya berkunjung ke museum Surabaya bersama beberapa kawan yang sedang berstatus mahasiwa di kota tersebut. Berangkat sekitar pukul delapan malam waktu setempat, untuk menghindari kepadatan lalu lintas alias molor dari rencana awal. Setibanya di bagian area parkir yang tidak resmi (berada di  gang kecil, sebelah gedung Siola), segeralah kami menata sepeda motor, biaya yang dikenakan untuk parkir sebesar tiga ribu rupiah.

Saat saya memasuki area museum Surabaya, rasa-rasanya ada sesuatu yang ganjal. Ada objek museum yang diletakkan diluar. Adalah mobil pemadam kebakaran, beberapa meriam, dan besi semacam kereta atau tank yang berada di luar museum. Saya risau melihat objek ini ditaruh di luar museum, karena suhu Surabaya pada siang hari sangat panas. Bukankah hal ini akan mempengaruhi keutuhan benda-benda tersebut pada nantinya. Detail dan warna benda-benda tersebut akan mengalami penurunan dengan lebih cepat dari waktu normal. Kerapuhan objek yang diletakkan di luar museum akan semakin cepat terjadi. Bisa jadi itu peletakan objek diluar tersebut merupakan sebuah konsep baru yang ditawarkan oleh museum Surabaya, namun ada baiknya memperhatikan kekuatan bertahan objek-objek tersebut. Salah satu contohnya saya mendapati kondisi ban gembos pada mobil pemadam kebakaran, seperti sesuatu yang tidak layak untuk dikonsumsi mata.

Saya melanjutkan langkah menuju pintu masuk museum. Tidak ada biaya yang dikenakan untuk menikmati museum Surabaya. Setelah menulis buku tamu di bagian pintu masuk, pengunjung dipersilahkan untuk memasuki bagian dalam. Menuju bagian dalam museum, suasana lenggang yang akan dirasakan. Saat saya berkunjung, tidak tampak keramaian. Suasana yang mendukung untuk melihat dan mengamati koleksi benda museum Surabaya, pikir saya. Dari informasi yang saya dapat dari petugas museum, ternyata beberapa saat sebelum saya datang pada malam itu ada walikota Surabaya yang sedang berkunjung juga ke museum Surabaya. Ah, sungguh disayangkan tidak sempat bertatap muka dengan sang pemimpin kota pahlawan.

petugas museum sedang berbincang 

Menengok koleksi museum Surabaya. Memang koleksi benda-benda tua museum Surabaya yang mengandung nilai historis cukup banyak jumlahnya. Namun, saya tidak mendapatkan penjelasan yang benar-benar memuaskan pada setiap bendanya. Hal lain yang saya rasakan adalah benda-benda tua disana hanya ditata begitu saja tanpa ada sentuhan khusus untuk menampilkan sisi historis kota Surabaya. Pada awalnya, melihat dari namanya saya mengira bahwa pada museum Surabaya akan ditampilkan sebuah diorama yang runtun tentang lahirnya kota Surabaya, yang saya dapat hanyalah kepingan-kepingan puzzle. Untuk bagian-bagian museum yang masih kosong, saya merasa maklum akannya.    

bagian yang kosong
pengunjung sedang memotret
Museum Surabaya merupakan museum yang lahir secara prematur, saya rasa. Entah itu karena diburu waktu dalam memfungsikan gedung Siola atau ada hal lainnya dibalik kelahirannya yang prematur. Semoga saja dalam tumbuh kembangnya museum ini mampu bertahan hidup.    

You Might Also Like

0 komentar

Pembaca yang baik pasti meninggalkan komentar yang baik dan membangun. Tinggalkan komentar, ya! :)