Pintu-Pintu Kesuksesan

1:56:00 AM

Ada banyak pintu yang mengantarkan kita menuju kesuksesan. Definisi sukses sendiri amatlah luas. Maka dari itu perlu saya persempit arti sukses di tulisan saya kali ini. Bagi rekan yang duduk di kelas 3 SMA, sukses itu lancar serta lulus Ujian Nasional, dan sukses itu menemukan tempat lanjutan studi sesuai harapan.

Beberapa minggu yang lalu, seorang kawan mengajak saya bermain di pelataran fakultas kedokteran salah satu perguruan tinggi ternama. Disana saya diajaknya memotret sebuah bangunan yang menggambarkan kebanyakan impian yang ada. Kedokteran. Melihat tulisan ’fakultas kedokteran’ tertempel dengan gagah membuat saya terlempar jauh ke belakang, saat saya masih duduk di bangku SMA dulu.

Sempat terbesit pikiran setelah SMA untuk melanjutkan studi dokter,seperti yang dimaksud. Namun saya tidak benar-benar mengejarnya dan memperjuangkannya. Karena itu hanya sesuatu yang terlintas lewat begitu saja. Bukan sebuah impian yang dikejar sejak kecil atau sebut saja impian dadakan. Hal ini bukan sebuah pembelaan semata dan pembenaran, namun beginilah adanya.

  
Seiring berjalan waktu, impian-impian dadakan semakin berkembang mengikuti kondisi realitas. Bukan lagi kedokteran yang menjadi tujuan saya, namun impian dadakan lainnya. Ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 SMA, harapan awal adalah benar-benar lolos SNMPTN undangan. Sekarang saya sadar itu hal yang sangat bodoh dan konyol, karena berharap lolos SNMPTN undangan hanyalah seperti berharap menang lotre. Saya tidak mengerti seberapa besar potensi nilai-nilai rapor SMA saya jika dibanding peserta SNMPTN lainnya yang menjadi pesaing saya di jurusan yang dituju, meski saya ada beberapa sertifikat berprestise, toh akhirnya SNMPTN undangan bukan jalan saya saat itu. 

Hari demi hari, minggu demi minggu, saya kesana kemari pontang panting (because detail is evil. Saya sengaja tidak bercerita secara rinci, hehe).  Saya memperjuangkan impian-impian yang lain sembari bertanya-tanya ‘akan kerja apa saya setelah itu, akan bagaimana kehidupan saya setelah itu’. Dan akhirnya pada waktu itu dengan beberapa tekanan realitas, saya mendapat tempat lanjutan. Karena memang pada saat itu sudah hampir waktu peralihan tahun ajaran baru, saya diarahkan untuk mencoba yang ada saja. Sayangnya ketika menjalaninya, saya tidak bisa mencintai sepenuhnya. Karena saya merasa ada sesuatu yang dipaksakan disitu.     

Menjalani sesuatu tanpa rasa cinta memang sangat menyiksa. Namun apa daya, saat itu saya masih berpikiran sempit. Saya dengan sengaja menjalaninya tidak maksimal, karena memang saya merasa itu bukan tempat saya.

Satu tahun berjalan, kembali lagi memperjuangkan impian yang gagal di tahun sebelumnya. Proses demi proses saya ikuti dengan berpikir ‘mungkin ini jalan saya, sebentar lagi menjadi man in uniform’. Tuhan, berkehendak lain, saya dinyatakan  gagal oleh pihak panitia di bagian yang sangat menentukan. Akhirnya saya benar-benar merasa gagal di jalan itu. Dan Tuhan selalu memberi jalan untuk hambaNya yang berusaha dan berubah. Saya mengikuti saja apa yang ada setelah itu. Tanpa beban. Mengantongi pengalaman di tahun sebelumnya, saya tidak mau sembarang tes tanpa memperhatikan passion. Saya mencoba mengetuk dua pintu yang saya yakin dibaliknya ada kesuksesan yang saya harapkan. Dan, dua pintu yang saya ketuk terbuka bagi saya. Dengan kata lain, saya mencoba tes di dua tempat, dan akhirnya dua-duanya memberi berita gembira bagi saya dan keluarga. Jika di ekonomi disebutkan ada magic hand yang mengendalikan ekonomi dunia ini, maka saya percaya ada magic hand pula yang membantu setiap proses yang saya jalani kala itu.  

Dalam perjalanan ini, saya merasakan sebuah kutipan klasik “hidup itu pilihan” tidak seutuhnya selesai. Ya, memang hidup itu pilihan, tapi realitas membentuk pilihan. Maka inilah saya sekarang, seorang pemuda berambut (lumayan) gondrong. 

Bagi saya, sukses tidak sekadar apa yang telah saya sebutkan di awal tulisan ini. Sukses itu bagaimana membuat diri kita sendiri terbuka dalam berpikir dengan begitu akan lebih mudah menerima perubahan. Sukses itu bagaimana mebuat diri kita merasa begitu amat beruntung berada di tempat kita sekarang (dengan catatan, jangan memaksa mencintai dan beruntung jika tidak ingin sengsara, karena tempat studi lanjutan pasca-SMA bukan tentang witing tresna jalaran saka kulina*). Sembari berteriak dalam hati ‘Thanks God, for Your ways’. Setelah itu, akan muncul stimulasi bagi diri sendiri untuk melakukan hal-hal berguna semaksimal mungkin. ‘Saya yakin sepenuh hati, ini jalan terbaik dari Tuhan, harus dijalani dengan cara yang terbaik’ saya berkata dalam hati.

Selamat berjuang, Siaplah bertransformasi. Semoga menemukan pintu yang diharapkan.

(Didedikasikan untuk rekan kelas 3 SMA yang sedang berjuang. Terima kasih dan mohon maaf saya ucapkan untuk seluruhnya yang beberapa hari yang lalu hadir di forum diskusi ‘proses’).

(rjl) 

Catatan kaki:


*witing tresna jalaran saka kulina (baca: witing tresno jalaran soko kulino), sebuah pepatah jawa yang memiliki arti cinta berawal karena terbiasa

You Might Also Like

4 komentar

  1. Bahkan suatu saat anda pasti akan menemukan titik kesuksesan dari diri anda sendiri, Amin. Dan percayalah dari tulisan sederhana ini mampu memberikan energi positif bagi orang di sekitar anda. Saya menyukai tulisan anda. Terima kasih :)

    BalasHapus

Pembaca yang baik pasti meninggalkan komentar yang baik dan membangun. Tinggalkan komentar, ya! :)