Delman Terakhir di Desa Senggreng

7:35:00 AM


“Pada hari minggu ku turut Ayah ke kota, naik delman istimewa ku duduk di muka....” tentu potongan lirik ini sangat mudah untuk saya ingat sampai sekarang. Membaca dan menulisnya pun menggunakan nada yang sangat mudah dinyanyikan, meski untuk orang seperti saya yang hampir buta nada kalau menyanyi.

Ceritanya, hari raya idul fitri tahun ini, saya dan keluarga mencoba napak tilas keluarga bapak saya yang telah lama tidak bersua. Entah karena musabab apa, tapi memang nenek saya (ibu dari bapak) sendiri tidak begitu membudayakan sowan sana sini. Saya sendiri pun tidak begitu dekat dengan nenek saya.

Ingatan saya mengenai desa bapak saya adalah ketika idul fitri dulu sekali, saya dan saudara-saudara lainnya naik delman dari jalan raya masuk ke daerah pedesaan. Melewati sawah yang luas dan dihiaskan pohon kelapa yang jarak tiap pohonnya sangat teratur. Setelah kunjungan waktu dulu itu, tidak pernah sekali pun saya berkunjung ke desa bapak saya lagi. Sampai hari raya kemarin ini, saya dan keluarga kecil saya berkunjung ke rumah keluarga yang masih ada disana.

di depan stasiun desa Ngebruk

Delman, menjadi alat transpotasi yang memanggil ingatan dalam benak saya. Bahwa saya pernah berkunjung ke desa itu dulu...... Hanya sekali saya berkunjung, dan idul fitri tahun ini merupakan keduakalinya. 

Kini delman yang tersisa hanya sembilan dari seratus armada yang pernah ada. Salah satu kusirnya yang masih aktif, bapak Daringan. Desanya bukan desa wisata, delman disana memang kebutuhan transpotasi bagi anak-anak sekolahan. 

bapak Daringan



You Might Also Like

0 komentar

Pembaca yang baik pasti meninggalkan komentar yang baik dan membangun. Tinggalkan komentar, ya! :)