Konstruksi Jembatan Konservatif Orang Baduy

6:51:00 AM

Orang Baduy dan Cara Hidupnya

Sekelompok sosok manusia yang mengenakan pakaian sederhana tanpa alas kaki sedang berjalan dari pelosok Banten menuju ibu kota Jakarta maupun kediaman Gubernur Banten. Hal itu menjadi seperti remah-remah roti, mengundang rasa penasaran untuk mengikuti tempat asal-mulanya.

Apabila ditelusuri lebih lanjut, mereka merupakan Orang Baduy; suatu kelompok masyarakat tradisional yang hidup di daerah Lebak, kira-kira dua jam perjalanan ditempuh dengan kendaraan bermotor dari Rangkasbitung, Banten.


Dalam pandangan hidupnya yang sederhana, komunitas ini meyakini kehidupan yang alami nan jauh dari peradaban modern. Orang Baduy memiliki keraifan lokal memperlakukan lingkungan hidupnya dengan sepatutnya (indigenuous knowledge).

Perlakuan mereka terhadap alam lingkungannya tampak pada konstruksi sarana dan prasarana pendukung kehidupan sehari-hari. Salah satunya, jembatan yang mereka fungsikan sebagai penghubung antarkampung.

Jembatan Akar


Melewati jalanan naik-turun khas topografi perbukitan merupakan jalur yang harus ditempuh untuk mencapai lokasi Jembatan Akar. Jembatan ini terletak di dekat kampung Batara (Kampung Baduy Luar terluar) dan berfungsi menghubungkan masyarakat kampung Batara dengan ladangnya yang berada di seberang Sungai Cisimeut. Konstruksi jembatan yang sederhana terdiri dari akar pohon yang tumbuh secara alami dari kedua sisi sungai dan bambu yang disusun sebagai pijakan. Jembatan akar yang unik ini menjadi ikon wilayah tersebut, belum sempurna rasanya bila berkunjung ke Baduy belum berfoto di jembatan tersebut.


Jembatan Bambu


Jembatan berkonstruksi bambu banyak ditemui di Baduy, salah satu yang terdekat aksesnya terletak di kampung Gajeboh, Baduy Luar. Bambu yang disusun sedemikian rupa nampak elok nan artistik melintang kokoh, menghubungkan kedua sisi jurang sungai Ciujung di ketinggian sekitar 6 meter dari permukaan sungai.


Semua bahan utama bangunan jembatan ini berasal dari bambu. Tiang-tiang penyanggah dibuat dari bambu besar yang panjang dan kokoh. Sebagai pengikat jembatan, orang Baduy memanfaatkan pilinan ijuk yang didapatkan dari pohon enau.

Rasa-rasanya Indonesia tidak pernah kehabisan hal-hal yang menakjubkan, orang Baduy menjadi bukti nyatanya. Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Menulis Kabar Baik GNFI #2 (ps: dan mendapatkan juara 3, menyikirkan 120 artikel lainnya//pengumuman pemenang)


You Might Also Like

0 komentar

Pembaca yang baik pasti meninggalkan komentar yang baik dan membangun. Tinggalkan komentar, ya! :)