Failed Blue Fire

3:09:00 PM

16 November 2013 

Kepergian menuju Kawah Ijen berawal dari ajakan Siwalan, kawanku dari kota Probolinggo (kawan SMA). Sekitar h-7 keberangkatan aku sudah menolak untuk tidak ikut karena aku ingin menetap di surabaya akhir pekan ini. semua berubah ketika memasuki h-1, jumat sore (15/11/13). Imanku mulai goyah dengan tawaran perjalanan ini, sayang sekali untuk dilewatkan. Akhirnya aku memutuskan untuk bergabung pada perjalanan itu.

Rencana awal perjalanan ini buah pemikiran Siwalan dan salah satu adik kelasku di SMA. Mereka akan berangkat pada hari sabtu siang dengan tujuan melihat BlueFire. Aku mulai bertanya-tanya bluefire itu apa ya, googling membuatku mengerti. Entah bagaimana penjelasan ilmiahnya, aku hanya bisa berkata ‘blue fire itu keren’.

Pada awalnya aku sudah memutuskan tidak bisa bergabung. Seperti yang kukatakan tadi, imanku mulai goyah pada jumat sore. Kala itu, aku mulai berpikir apa yang membuatku untuk tetap tinggal di Surabaya sedangkan ini ada tawaran yang membuat hati berdesir.  Aku ada agenda acara di surabaya sabtu-minggu ini yang sudah di rencanakan mulai jauh-jauh hari. Bukan mau menghabiskan waktu akhir pekan dengan kekasih (punya aja kagak) tapi memang ini acara cukup penting. Otakku cukup gelap waktu itu, ternyata kegiatannya bisa ditinggal. Jumat sore, aku memberi kabar kepada Siwalan untuk ikut. Pada malam harinya aku mulai mencari perlengkapan (perlengkapan apa? sleeping bag/sb aja sih). Setelah mendapat pinjaman sb,aku mulai packing dan dilanjut untuk tidur.

Pagi harinya...aku kaget ! ketika mengaktifkan hape dan  BBM. Sial banget, siwalan memberi kabar kalau keberangkatan di batalkan karena adik kelasku di SMA itu nggak dapat ijin. AH! Tidak bisa begitu dong. Aku langsung telpon siwalan. Menelpon beberapa kali masih saja belum mendapat jawaban,sepertinya dia masih tidur. Kacau balau deh kalau rencananya batal. Kecewa. Sedikit menyesal bikin janji sama anak SMA, terlalu ribet ini dan itu.

Eeeiiits! Tenang pemirsah! Cerita belum usai sampai disini.

Aku memutuskan untuk tetap pulang ke Probolinggo, apapun yang terjadi. Ehm, apa iya kalau emang nggak jadi pulang ke Probolinggo bawa sb segala -_- Semua mulai terlihat jelas ketika selesai mandi ada pak RT datang bawa polisi (ini kenapa nyasar ke lagu), selesai mandi aku mendapat telepon dari siwalan, aku suka sebuah kepastian. Sepertinya dia telpon sambil ngelindur, suaranya nggak begitu jelas dan aku terus mengatakan ‘apapun yang terjadi, rencana awal tetap harus dijalankan’.

Sesampainya di Probolinggo, kita langsung re-packing, membawa satu tas carrier dan satu backpack. Mau tau apa isi tas kami? Dilarang kepo :p

Sekitar jam setengah 2 siang kita berangkat dari Probolinggo. Kau tau rahasia terbesar selama perjalanan probolinggo-kawah ijen? Kami tidak saling tau jalan, memang ini kali pertama kami ke kawah ijen. Bermodalkan feeling dan sedikit bantuan GPS sederhana, akhirnya sampai di portal pertama sekitar jam setengah 7 malam

Kami diam sejenak disini sembari menunggu 2 rekan lainnya datang. Satu jam, dua jam, tiga jam...tiktoktiktok sampai jam setengah 10 malam mereka belum juga datang. Akhirnya kita berdua membuat kesepakatan kita tetap berangkat jika sampai jam 11 malam, 2 rekan kita belum juga datang. 


siwalan dan kompor rusak
Tiktoktiktok...sekitar jam 10 kurang beberapa menit akhirnya mereka datang juga, kita saling berpelukan. Kita tidak langsung berangkat karena kala itu aku bersama siwalan sedang asik-asiknya masak mie instan dan menyeduh segelas kopi panas (karena kompor yang dibawa siwalan ialah kompor rusak,
bara api penolong
kami pakai bara api yang ada di portal pertama). Sekitar setengah 11, kami berangkat. Dari portal pertama menuju pintu masuk kawah ijen kami harus menempuh sekitar 17 km (bukan jalan kaki).



poster kawah ijen
repacking
Keramaian mulai tampak,akhirnya pos terlihat juga. Setelah menaruh sepeda motor di area parkir, kami repacking. Membawa satu backpack, yang berisi biskuit + minum (dengan khayalan: menikmati bluefire sambil makan biskuit). Dengan ekspetasi perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam, kita berangkat pukul 12 malam kurang beberapa menit. 



Tiktoktiktok.... jam menunjukkan pukul setengah 2 dini hari, kurang beberapa langkah lagi kami sudah bisa melihat bluefire. Semuanya tidak sesuai perkiraan semula, kabut terlalu tebal dan bau belerang terlalu menyengat. Kami berempat memutuskan untuk kembali ke pos. Ada sedikit tampang kecewa di wajah kawan-kawan namun apa daya. Tuhan berkata lain, kita belum diijinkan lihat bluefire. Kami memutuskan untuk mencari tempat istirahat, menggelar sleeping bag. Sebuah lagu cover oleh Elyzia dari michael buble menemani pagi itu, 
Let me go homeI’m just too far from where you areI wanna come home
Siwalan lagi asik dengan kompornya, memasak ini dan itu. Aku memilih tidur lebih dulu daripada yang lain. Pagi harinya, aku bangun terlebih dahulu, kulihat lawan-kawan yang lain tidur nyenyak, mungkin sedang bermimpi melihat bluefire dengan mata kepala sendiri. mimpiku? Aku terlalu lelah untuk bermimpi.  

Pupus sudah harapanku bisa mengabadikan bluefire lewat kamera. Sampai akhirnya tulisan ini berakhir, rasa kecewa itu masih ada. Mungkin jika diijinkan kita bisa bertemu di lain kesempatan, bluefire.




You Might Also Like

0 komentar

Pembaca yang baik pasti meninggalkan komentar yang baik dan membangun. Tinggalkan komentar, ya! :)