"....Padamu negeri kami berjanji Padamu negeri kami berbhakti Padamu negeri kami mengabdi Bagimu negeri jiwa raga kami..." Sepuluh November, hiruk piruk perobekan warna biru di atap hotel. Lalu kemana setelah itu, telah siap atau tetap bungkam pada penjajahan. Hamba tidak berseragam, hamba tidak berpangkat, hamba hanya rakyat jelata. bukan pahlawan, juga bukan idola. hamba hanya pria tak berseragam. namun ijinkan jemari hamba terus...
Ini malam. Besok minggu. Maka, orang-orang menamainya, Malam Minggu. Beberapa kelompok menyebutnya kutukan, ada juga yang berdoa hujan, dan beberapa lainnya sungguh amat menikmatinya. Sedang melintas di jalanan, lampu berpendar-pendar menghiasi bayangan wajah. Kerlap-kerlip lampu kota,yang pernah dilihat dan terlihat. Namun, hingga kini tidak saling tahu, siapa yang lebih dahulu. Lampu itu atau kisah ini. Tidak, jika mulai bersamaan. (foto 'Kerlap-Kerlip Lampu...
diantara abu-abu debu. dititipkannya rasa pada sebuah bunga. dinikmatinya lewat warna. dijaminkannya pada tangkai-tangkai keabadian. karena ia percaya mekar-mekar itu tak mengenal kadaluarsa. (foto 'warna-warni keabadian' diambil di kaki Gunung Bromo, Jawa Timur, Indonesia) ...
Januarinya sudah jauh, Februarinya entah kemana, Maretnya juga telah tiada, Aprilnya hanya kebohongan, Meinya penuh harapan, Juninya semuanya hilang, Julinya nafsu terkekang, Agustusnya bicara kemenangan, Septembernya mengumpulkan kiambang dan Oktobernya telah tunggang langgang. lalu November datang menantang, kepada hati yang telah babang. siapa pula peduli sang pemenang, Desember akan tiba di barisan paling belakang. Akhir cerita, kudanya masuk kandang. (foto 'perjalanan di atas...